Panitia, Pembicara, dan Penonton Ditangkap Polisi
Jum'at, 15 Desember 2006 | 10:46 WIB
TEMPO Interaktif, Bandungiskusi Marxis yang diselenggarakan oleh rumah buku Ultimus, Jalan Lengkong 127, Bandung dibubarkan paksa oleh ormas yang menamakan diri Persatuan Masyarakat Anti Komunis (Permak). "Padahal tidak ada tendensi apapun untuk menyebarkan paham komunisme," kata Bilven, pemilik Ultimus yang kini menyembunyikan diri pada Tempo.
Diskusi terbuka yang berlangsung Kamis (14/12) pukul 19.00 WIB itu mengambil tema Gerakan Marxis Internasional diselenggarakan di halaman belakang toko buku yang berada tepat di depan kampus Universitas Pasundan. Marhaen Suprapto merupakan pembicara dalam diskusi itu yang dimoderatori oleh Sadikin, penanggung jawab acara yang merupakan pengelola situs Rumah Kiri.
Kegiatan diskusi itu merupakan kerjasama toko buku Ultimus dan situs Rumah Kiri yang mengangkat materi yang sedang hangat diperdebatkan dalam situs tersebut. Sejak acara belum dimulai massa Permak sudah berkumpul di luar toko buku itu. Sepuluh menit setelah diskusi dimulai, setidaknya sepuluh orang dari Permak masuk ke halaman toko buku itu menuju tempat berlangsungnya diskusi.
Perwakilan massa Permak itu langsung memotong diskusi yang sedang berlangsung. Satu orang dari massa itu, mengaku bernama Adang Supriadi ketua Permak, maju ke tengah forum diskusi yang dihadiri puluhan orang. Dia merebut mike yang sedang dipegang Marhaen dan langsung mengumumkan pembubaran kegiatan itu. Dia menuding bahwa kegiatan itu berniat menyebarkan paham komunis.
Massa lalu menyeret Sodikin penyelenggara diskusi itu berserta Marhaen. Keduanya sempat dibawa massa masuk ke dalam kampus Universitas Pasundan. Sodikin dan Marhaen kemudian dimasukkan dalam kendaraan berplat nomor B 57 XG, yang dipasangi bendera ormas itu di depannya. Mobil itu membawa keduanya ke Markas Polwiltabes Bandung.
Setelah insiden itu polisi baru datang. Kapolres Bandung Tengah AKBP Mashudi yang memimpin sepasukan polisi itu langsung mencari penyelenggara kegiatan itu. "Kegiatan ini tanpa izin," katanya.
Selanjutnya, polisi mengamankan beberapa peserta diskusi terbuka itu. Tujuh orang peserta diskusi itu yakni Pamuji, Husni, Dany, Fuad, Rilyan, Topan, dan Didin diangkut ke dalam dua kendaraan milik petugas kepolisian yang diparkir beberapa meter dari toko buku itu. Ikut diamankan sepasang kakek dan nenek yang belum diketahui identitasnya. Kejadian itu sempat membuat
Polisi juga mengambil seperangkat peralatan di antaranya pengeras suara serta beberapa poster dalam bingkai. Malam itu polisi meminta toko buku itu dikosongkan dan langsung memasang police line. Ketika ditanya alasan penahanan beberapa peserta diskusi dan penutupan toko buku itu, Mashudi hanya menjawab pendek, "NKRI." Dia langsung meninggalkan tempat kejadian menuju Mapolwiltabes.
Kejadian itu sempat menyedot perhatian masyarakat sekitar. Warga yang berkerumun banyak yang bertanya-tanya tentang kejadian yang itu. Jalan Lengkong Besar sendiri sempat macet akibat peristiwa itu.
Perwakilan Kontras ternyata sudah memantau sejak awal. Syaiful, seorang anggota lembaga itu mengatakan, pihaknya sudah menduga diskusi itu akan bernasib serupa dengan diskusi Marxis yang terjadi beberapa hari berselang di Universitas Airlangga. "kami memang sengaja memantau," katanya.
Dia mengaku sudah meminta bantuan pengacara dari PBHI dan LBH untuk ikut mendampingi pihak penyelenggara diskusi, pembicara, dan penonton yang saat ini ditahan di Markas Polwiltabes Bandung. "Tinggal menunggu surat kuasanya," katanya.
Pihak Polwiltabes Bandung hingga hampir tengah malam belum memberikan penjelasan atas alasan penangkapan itu. Kapolwiltabes Bandung Kombes Polisi Edmond Ilyas dan Kapolres Bandung Tengah AKBP Mashudi buru-buru meninggalkan ruang pemeriksaan dan meninggalkan Mapolwiltabes.
Pemilik toko buku Ultimus sendiri, Bilven, sengaja menyembunyikan diri. Kepada Tempo dia menyesalkan pembubaran itu. "Kita berpihak pada budaya ilmiah bukan komunisme," katanya.
Toko buku itu sendiri sudah disatroni orang tidak dikenal sejak mengumumkan hendak mengadakan diskusi itu. Penjaga toko buku itu mengaku, sudah sejak Senin (11/12) toko buku itu didatangi berbagai macam orang termasuk dari pihak kepolisian yang menanyakan macam-macam seputar diskusi itu. Pamflet kegiatan itu juga sudah habis dibawa polisi pada Kamis (14/12) pagi ketika toko buku itu baru saja dibuka.
Ahmad Fikri
----------------------------------------------------------------------------------
ini salah satu contoh,baru membahas komunisme aja udah kaya gini
Gimana kalo mengkritik islam????
habis lah kalian dibakar semua oleh manusia barbar pengikut nabi pedofil