Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani muslim

Pelanggaran HAM terhadap sesama umat Muslim, kemiskinan dan keterbelakangan yang disebabkan oleh Islam dan penerapan Syariah Islam.
Post Reply
User avatar
Foxhound
Posts: 5006
Joined: Sun Mar 18, 2007 6:02 pm
Location: FFI
Contact:

Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani muslim

Post by Foxhound »

Saya sering berkata Islam, adalah agama buruk yang ditafsirkan baik, bukan agama baik yang ditafsirkan buruk. Dan Islam, membawa pengaruh sangat buruk bagi muslim.

Sebaik2nya orang, meskipun awalnya hatinya nuraninya bersih, kalau tiap-tiap hari dicekoki dengan ideologi Islam... perlahan-lahan juga akan terpengaruh. Hanya ketika akal budinya tergugah lah mereka bisa keluar dari Islam. Tetapi bagi yang berada dalam zona dimana mereka benar2 tidak bisa melepaskan diri dari Islam... mereka akan mengkhianati segala hati nurani, dan membodohi dirinya sendiri demi ajaran yang bathil ini.

Berdialog dengan netter FFI Fayhem soal circular reasoning mereka, dan juga ketika berjalan2 mengamati posting2 netter2 muslim FFI membuat saya menggeleng2kan kepala. Fenomena bahwa hati nurani diabaikan dan moral dikesampingkan tidak hanya nampak dari gerombolan preman seperti FPI atau para teroris. Bahkan kalau anda amati, netter2 muslim FFI pun mengalami hal serupa.

Saya kasih contoh, di bawah ini adalah komentar muslim_netral.
http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... as#p774007
muslim_netral wrote: Kalau mengikuti hati nurani memang saya banyak yang tidak setuju, misalkan
- saya susah-susah kerja dengan keringat dan hasilnya lumayan membanggakan eh...
coba fikirin, Islam menyuruh saya seenaknya harus bayar zakat harta, bagi2 hasil jerih payah saya dengan orang2 miskin?? rugi dong?
- aku suka sekali menuntut ilmu dan bisnis dan aku gak mau membagi pengetahuanku dengan teman2 yang menurutku suatu saat akan jadi saingan, tapi Islam seenaknya menyuruhku berbagi ilmu-ilmu yang bermanfaat, untuk itu jugalah aku pernah menjadi seorang pengajar, baik di sekolah kristen ataupun umum.
- aku males bangun pagi, tapi Islam menyuruhku bangun pagi,
- aku males berinteraksi dengan tetangga, tapi Islam menyuruhku selalu menjaga silaturahmi
- dan masih banyak yang lainnya...

Muslim di atas ini, sudah tidak bisa lagi membedakan antara hati nurani (super-ego) dan nafsu (id).


Sigmund Freud membagi alam bawah sadar manusia menjadi tiga bagian, id, superego dan ego. Id dilukiskan seperti penggoda, membisikkan kepada kita untuk melakukan apa yang terasa nyaman bagi kita. Id ini yang sering kita kenal sebagai nafsu... Sedangkan superego adalah seperti sosok yang bijak, benar dan mendorong kita menjadi yang lebih baik. Superego inilah yang kita kenal sebagai hati nurani. Ego, adalah pengambil keputusan, sesuatu yang realistis pada diri kita.

Yang menarik dari komentar muslim_netral di atas ini adalah, dia bahkan tidak lagi mengenali apa yang ditulisnya itu sebagai nafsu yg mendorong dia melakukan hanya hal-hal yang nyaman, dan justru mengenalinya sebagai hati nurani.

Dan yang terjadi kemudian, muslim_netral menggunakan ajaran Islam dan menganggapnya sebagai ajaran yang berhasil menekan "hati nurani" nya (yg padahal adalah nafsu)... dengan kata lain, Muslim_Netral tanpa sadar sudah menggunakan Islam sebagai "superego", hati nuraninya yang asli diabaikan, dan digantikan dengan pedoman Islam sebagai "hati nurani" yang baru.

Di kesempatan yang lain yang berbeda. Muslim juga akan selalu menolak bahwa Muhammad adalah orang yang tidak layak jadi panutan, usaha netter2 non muslim menunjukkan bahwa perbuatan2 Muhammad adalah tidak layak akan dibantah mereka dengan satu argumen klasik bahwa standard moral yang digunakan non muslim adalah buatan manusia dan nilai ukurnya tidak jelas

Contoh argumen dr muslim yang sama: (bukannya saya punya dendam, tetapi karena kebetulan dalam satu diskusi terlihat semua jebloknya moral dan hati nurani muslim satu ini :green: jadi saya buat contoh sekalian)

http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... 7/#p773641
Muslim_Netral wrote:Ternyata bener dugaanku, tuduhannya kabur alias gak jelas.... :green: ,
kapan seseorang itu disebut dewasa, kapan seseorang itu pantas hubungan intim, tolak ukur kedewasaan itu seperti apa...... kalian tidak memiliki tolak ukurnya,
sejauh masih remang-remang batasannya, maka tuduhan kalian tak berdasar !
Di atas itu adalah argumen dari muslim, yang sebenarnya bisa kita temui banyak juga dilontarkan muslim2 lain untuk membantah anggapan bahwa Muhammad itu pedophile.

Jadi, menurut muslim... Muhammad itu baik, karena standard moral manusia jaman sekarang tidak berhasil menentukan garis yang jelas mana yang amoral dan mana yang sesuai moral berdasarkan angka...

Lucu bukan? Seorang "nabi", harus dipertahankan oleh pengikutnya bahwa kelakuannya itu baik, bukan dengan cara menunjukkan bahwa kelakuannya memang baik. Bukan dengan cara menunjukkan bahwa kelakuannya di atas standard moral orang biasa. Bukan dengan cara menunjukkan bahwa ego Muhammad lebih banyak berpihak kepada superego dibandingkan berpihak kepada id.... Tetapi justru dengan cara mempertanyakan keabsahan standard moral yang sudah diakui manusia banyak.

Siapa lantas yang disebut nabi sang penyambung lidah 'Tuhan'...

Tetapi itulah Islam. Ajaran yang mendegradasi standard moral dan membunuh hati nurani. Islam hanya benar, kalau Tuhan yang asli memang menciptakan manusia untuk bermoral rendah dan saling merusak.

Perilaku Muhamamd sendiri bisa dilihat, seperti yang saya katakan, ego nya, orientasi nya sebagian besar berpihak kepada id (nafsu) dibanding superego (hati nurani). Dan ketika orang seperti ini dijadikan panutan, anda bisa bayangkan..... ralat.... anda bisa lihat hasilnya, secara nyata di mana2. Tetapi kalau hal ini ditunjukkan kepada muslim, mereka tidak akan mempertanyakan kelakuan Muhammad, sebaliknya mereka akan mengkritik superego non-muslim khususnya atau bahkan super-ego manusia pada umumnya. Ayat AQ yang akan mereka bawa untuk mendukungnya adalah :

Al-Baqarah : 216
“… Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."


Karena super-ego adalah manifestasi hati nurani, artinya dengan demikian mereka membunuh hati nurani. Ayat di atas, adalah ayat yang cukup ampuh untuk membunuh hati nurani muslim.

Islam adalah kejahatan yang memberi pengaruh buruk kepada muslim. Ketika mereka menjadi muslim yang sejati, sifat2 mereka akan terlihat sama. Perilaku mereka akan bisa disaksikan oleh kita-kita ini sebagai bukti empiris, bahwa agama ini adalah virus yang membuat otak mereka sakit! Dan Islam akan merenggut segala integritas dan moral mereka, dan menukarnya dengan berbagai kebodohan. Ciri-ciri muslim di seluruh dunia, hampir sama, bisa diidentifikasi dengan mudah. Itulah bukti bahwa Islam menyeragamkan mereka.... menurunkan derajad moral mereka secara bersamaan... Dan itu bukti bahwa ajaran Islam, adalah akar masalahnya, Islam adalah ideologi yang sangat berbahaya
Ciri-ciri muslim(ah) sejati

Dan usaha mereka membodohi diri sendiri, kadang terlihat tidak berujung. Yang paling parah, adalah apabila mereka benar-benar sungguh menikmatinya. Pelan-pelan mereka akan mengumbar kejahatan dan cara berpikir biadab. Dan siapa yang melakukannya tidak merasa jelek, justru merasakan diri mereka itu baik. Karena mereka berpikir mereka melakukannya karena itu perintah Tuhan. Pola pikir seperti ini tidak ada bedanya dengan pola pikir primitif manusia terbelakang. Orang yang tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah dan menggunakan Tuhan sebagai alibinya..... Islam Is Where Doing Bad Feels So Good

Muhammad, jelas2 tidak berhasil membawa suatu ajaran yang bisa mengangkat standard moral manusia... Muhammad justru membawa suatu ajaran yang mendegradasi standard moral manusia. Mengajarkan ego pemeluknya untuk memuaskan id, dan membunuh super ego, atas nama perintah Tuhan.

Semoga muslim yang masih punya akal budi dan hati nurani yang benar, sadar apa yang sedang dihadapinya.

Dan sebagai penutup, Anna Freud mengatakan "The superego becomes clear only when it confronts the ego with hostility"... Yang artinya juga hati nurani akan nampak jelas hanya kalau bisa mengkonfrontasi diri seseorang secara keras. Ketika anda belajar sesuatu, melakukan sesuatu atau memikirkan sesuatu yg tidak pantas dan kemudian ada "suara kritikan" dari diri anda, itulah superego. Superego seperti suara orang tua di dalam diri kita. Tetapi seperti orang tua juga, seseorang bisa mengabaikan dan menghiraukannya.

Kritikan dari superego itu sendiri memberikan ketidaknyamanan, suatu perasaan yang disebut anxiety, gelisah... Dan ketika orang gelisah, ego nya akan mengeluarkan mekanisme pertahanan... dan salah satu dari mekanisme pertahanan itu adalah penyangkalan.

Bagi anda muslim, ketika anda mempelajari AlQuran, hadits dan menemukan fakta2 yang aneh, dan ada kegelisahan yang muncul. Itu artinya superego anda sedang berbicara. Tetapi AQ dan ajaran Islam sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk membantu anda menyangkal superego anda... dan kalau itu pilihan anda, selamat... anda sudah berhasil membunuh superego (hati nurani) anda.
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by Kibou »

Ulasan awal dari Bro Fox sudah sangat bagus, saya ingin memperkuat ulasan beliau melalui sudut pandang epistemologi (theory of knowledge).

Seperti yang sudah disadari oleh Aristoteles di jaman dahulu, bahwa manusia tidak mungkin bisa berargumen jikalau tidak sebelumnya manusia sudah memiliki pengetahuan akan kebenaran yang hakiki. Maka, setiap manusia yang ingin mulai berargumentasi, sebelumnya harus menerima dulu kebenaran hakiki tersebut.

Berdasarkan apa yang sudah saya pelajari sampai saat ini, sebagian besar manusia menerima setidaknya dua sumber pengetahuan hakiki:

1. intuisi logika = pengetahuan atas True atau False
2. intuisi moral = pengetahuan atas Good atau Evil

Kedua sumber ini digolongkan sebagai intuisi, karena dipercaya memang "sudah ada dari sononya" dalam diri manusia yang normal dan waras. Karena sifatnya yang intuitif (berasal dari dalam diri manusia), kedua sumber ini bersifat a-priori dan non-empiris.

Korelasinya dengan ulasan Bro Fox, saya rasa kita bisa katakan bahwa Superego mencakup intuisi logika dan juga intuisi moral.

Apa yang kita amati pada diri para muslim di forum ini, adalah rusaknya kedua intuisi sumber pengetahuan hakiki sebagai akibat dari indoktrinasi ajaran islam.
User avatar
duren
Posts: 11117
Joined: Mon Aug 17, 2009 9:35 pm
Contact:

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by duren »

Sebaik2nya orang, meskipun awalnya hatinya nuraninya bersih, kalau tiap-tiap hari dicekoki dengan ideologi Islam...
Kunci nya ada di kata IDEOLOGI

Islam bukan agama ... tapi ideologi

Contoh :
Sebagai rakyat Indonesia kita JUGA akan membuang jauh jauh segala macam nurani dll KALA kita menganggap ada yang menyerang kepentingan bangsa ini ... TNI membantai orang di Santa cruz juga " bisa " kita terima ( secara personal ) demi ideologi kebangsaan kita => Inilah KEUNGGULAN dan sekaligus KEBRENGSEKAN dari sebuah ideologi .

Masalahnya ... bisakah diterima jika IDEOLOGI dijadikan AGAMA ??
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by Kibou »

duren wrote: Masalahnya ... bisakah diterima jika IDEOLOGI dijadikan AGAMA ??
Sesungguhnya, idelogi dan agama, sama-sama merupakan suatu "system of beliefs". Permasalahannya, apakah "system of beliefs" tersebut benar? Apakah baik?

Terus terang, saya tidak keberatan jika tinggal di suatu negara di mana ajaran Buddha diterapkan secara konsekuen (kalaupun harus jadi vegetarian, saya tidak keberatan). Tapi saya SANGAT KEBERATAN jika tinggal di suatu negara di mana ajaran islam diterapkan secara konsekuen. Maksud saya, agama islam ini unik karena esensi ajarannya beda sekali dengan agama-agama yang lain.
User avatar
duren
Posts: 11117
Joined: Mon Aug 17, 2009 9:35 pm
Contact:

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by duren »

Kibou wrote:
Terus terang, saya tidak keberatan jika tinggal di suatu negara di mana ajaran Buddha diterapkan secara konsekuen (kalaupun harus jadi vegetarian, saya tidak keberatan). Tapi saya SANGAT KEBERATAN jika tinggal di suatu negara di mana ajaran islam diterapkan secara konsekuen. Maksud saya, agama islam ini unik karena esensi ajarannya beda sekali dengan agama-agama yang lain.
Bicara ideologi maka harus bicara GAIN juga .
Bagi sebagian orang ... susah payah berideologi Islam itu terbayar dengan nilai yang amat memuaskan .

Founding father Pakistan Dr. Muhammad Iqbal menyatakan : " Allah BISA tidak kuterima , tapi muhammad TAK " :lol:

Mengapa ??
Struktur bangunan di " ideologi ideologi primitif " selalu menguntungkan pihak yang dominan ( di Islam adalah LAKI LAKI & dan puncaknya adalah ulama / khilafah )
Yang saya belum temukan jawabannya ... di islam apa GAIN nya untuk perempuan :rolleyes:
Kalau di komunisme ... kaum Proletar mendapat gain juga yaitu kebersamaan ( mungkin )
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by Kibou »

duren wrote: Bicara ideologi maka harus bicara GAIN juga .
Bagi sebagian orang ... susah payah berideologi Islam itu terbayar dengan nilai yang amat memuaskan .

Founding father Pakistan Dr. Muhammad Iqbal menyatakan : " Allah BISA tidak kuterima , tapi muhammad TAK " :lol:

Mengapa ??
Struktur bangunan di " ideologi ideologi primitif " selalu menguntungkan pihak yang dominan ( di Islam adalah LAKI LAKI & dan puncaknya adalah ulama / khilafah )
Yang saya belum temukan jawabannya ... di islam apa GAIN nya untuk perempuan :rolleyes:
Kalau di komunisme ... kaum Proletar mendapat gain juga yaitu kebersamaan ( mungkin )
Setuju Bro duren. Forum ini membuktikan, ada manusia-manusia yang memang menganggap islam sebagai GAIN yang luar biasa. Terutama bagi laki-lakinya. Yang misterius yah muslimah. Tidak dapat GAIN melainkan RUGI, tapi malah senang jadi muslimah...
User avatar
Qorma 2 biji
Posts: 202
Joined: Mon Jul 30, 2012 1:32 am

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by Qorma 2 biji »

teori psikoanalitik Sigmund Freud ini jadi salah satu makanan wajib dalam bidang psikologi. yang saya heran, ketika muslim berpendidikan, katakanlah dengan background ilmu psikologi sekalipun, tetapi ketika berbicara mengenai islam mereka cenderung membuang intelektualitas mereka demi membela keyakinan islam nya dengan iman buta. bagaimana bung fox menanggapi ini?
User avatar
duren
Posts: 11117
Joined: Mon Aug 17, 2009 9:35 pm
Contact:

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by duren »

Kibou wrote:Yang misterius yah muslimah. Tidak dapat GAIN melainkan RUGI, tapi malah senang jadi muslimah...
Bagi bung Kibou / bung Fox yang punya minat psikologi , mungkin harus mendalami masalah perilaku menyimpang .

Bagi wanita pengidap masosadist ... katanya makin tersiksa , makin nikmat loh :lol:
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by Kibou »

Qorma 2 biji wrote:teori psikoanalitik Sigmund Freud ini jadi salah satu makanan wajib dalam bidang psikologi. yang saya heran, ketika muslim berpendidikan, katakanlah dengan background ilmu psikologi sekalipun, tetapi ketika berbicara mengenai islam mereka cenderung membuang intelektualitas mereka demi membela keyakinan islam nya dengan iman buta. bagaimana bung fox menanggapi ini?
Saya rasa jawaban Bro duren mengenai GAIN itu sudah cukup bagus. Mengapa muslim yang sudah mengetahui kebusukan islam, masih ngotot membela islam? Karena GAIN yang mereka dapat dari islam: poligami, perasaan "lebih suci" dari yang lain, tidak masuk neraka, dsb. Tapi namanya manusia, Superego itu masih sering mengganggu nurani mereka, jadi mereka harus menjustifikasi ajaran islam dengan cara apapun (bohong, menipu diri sendiri, menjelekkan agama/ideologi lain, dsb). Tujuannya supaya bisa "menjinakkan" Superego namun tetap mendapatkan GAIN.
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by Kibou »

duren wrote: Bagi bung Kibou / bung Fox yang punya minat psikologi , mungkin harus mendalami masalah perilaku menyimpang .

Bagi wanita pengidap masosadist ... katanya makin tersiksa , makin nikmat loh :lol:
Kalau begitu, teladan para muslimah bukan Muhamad, melainkan Marquis de Sade! Hahahaha! :p
User avatar
Kafirun_Playboy
Posts: 299
Joined: Mon Feb 20, 2012 10:17 am

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by Kafirun_Playboy »

duren wrote: Bagi wanita pengidap masosadist ... katanya makin tersiksa , makin nikmat loh :lol:
kalo diranah film dewasa, ni yang dimakzud dengan FETISH ya..? =P~
User avatar
Kafirun_Playboy
Posts: 299
Joined: Mon Feb 20, 2012 10:17 am

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by Kafirun_Playboy »

Kibou wrote:Ulasan awal dari Bro Fox sudah sangat bagus, saya ingin memperkuat ulasan beliau melalui sudut pandang epistemologi (theory of knowledge).

Seperti yang sudah disadari oleh Aristoteles di jaman dahulu, bahwa manusia tidak mungkin bisa berargumen jikalau tidak sebelumnya manusia sudah memiliki pengetahuan akan kebenaran yang hakiki. Maka, setiap manusia yang ingin mulai berargumentasi, sebelumnya harus menerima dulu kebenaran hakiki tersebut.

Berdasarkan apa yang sudah saya pelajari sampai saat ini, sebagian besar manusia menerima setidaknya dua sumber pengetahuan hakiki:

1. intuisi logika = pengetahuan atas True atau False
2. intuisi moral = pengetahuan atas Good atau Evil


Kedua sumber ini digolongkan sebagai intuisi, karena dipercaya memang "sudah ada dari sononya" dalam diri manusia yang normal dan waras. Karena sifatnya yang intuitif (berasal dari dalam diri manusia), kedua sumber ini bersifat a-priori dan non-empiris.

Korelasinya dengan ulasan Bro Fox, saya rasa kita bisa katakan bahwa Superego mencakup intuisi logika dan juga intuisi moral.

Apa yang kita amati pada diri para muslim di forum ini, adalah rusaknya kedua intuisi sumber pengetahuan hakiki sebagai akibat dari indoktrinasi ajaran islam.
keq-nya umat ISLAM sadar akan batasan moral baik & jahat, tapi logika ke-ISLAM-an mereka yang udah konslet jadinya bila menguntungkan ISLAM pasti BENAR, kalo tidak ya SALAH

Contoh Kakus, mereka tau membunuh itu jahat & salah tapi dalam rangka membela nama auloh-nya hal itu menjadi mulia & benar karena quran berkata "membunuh dijalan agama itu HOLOL"

Gimana pendapatnya bro ?
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

musnet ini anggota HTI kan >? sebelas duabelas ama FPI :green:
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by Kibou »

Kafirun_Playboy wrote: keq-nya umat ISLAM sadar akan batasan moral baik & jahat, tapi logika ke-ISLAM-an mereka yang udah konslet jadinya bila menguntungkan ISLAM pasti BENAR, kalo tidak ya SALAH

Contoh Kakus, mereka tau membunuh itu jahat & salah tapi dalam rangka membela nama auloh-nya hal itu menjadi mulia & benar karena quran berkata "membunuh dijalan agama itu HOLOL"

Gimana pendapatnya bro ?
Saya akan coba jawab semampu saya yah Bro K_P.

Intuisi logika dan intuisi moral, sebenarnya adalah suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Intuisi logika berurusan dengan Kebenaran, sedangkan intuisi moral berurusan dengan Kebaikan.

Mengapa saya katakan tidak terpisahkan? Karena Kebenaran dan Kebaikan saling menjustifikasi satu dengan yang lainnya. Mengapa kita harus utamakan kebenaran di atas kepalsuan? Karena kebenaran adalah baik, dan kepalsuan adalah tidak baik. Tapi kita juga harus menerima bahwa proposisi:

"Kebaikan harus diutamakan"

sebagai suatu Kebenaran.

Jadi yang satu tidak bisa berdiri sendiri tanpa yang lain. Apakah ini circular reasoning? Saya berani bilang ya. Ini adalah self-evident truths yang tanpanya kita tidak bisa berargumen sama sekali.

Kesimpulan saya, seorang manusia harus mengandalkan intuisi logika dan intuisi moral dalam keseimbangan yang harmonis, tidak meninggikan satu di atas yang lainnya.
User avatar
Qorma 2 biji
Posts: 202
Joined: Mon Jul 30, 2012 1:32 am

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by Qorma 2 biji »

Kibou wrote: Saya rasa jawaban Bro duren mengenai GAIN itu sudah cukup bagus. Mengapa muslim yang sudah mengetahui kebusukan islam, masih ngotot membela islam? Karena GAIN yang mereka dapat dari islam: poligami, perasaan "lebih suci" dari yang lain, tidak masuk neraka, dsb. Tapi namanya manusia, Superego itu masih sering mengganggu nurani mereka, jadi mereka harus menjustifikasi ajaran islam dengan cara apapun (bohong, menipu diri sendiri, menjelekkan agama/ideologi lain, dsb). Tujuannya supaya bisa "menjinakkan" Superego namun tetap mendapatkan GAIN.
woah, hebat. banyak kafirun2 yang berpikir kritis disini. hormat dulu kepada kafirun FFI yang kritis dan tajam analisanya secara intelektual. :prayer:

sayangnya, dalam islam berpikir kritis itu dianggap "bisikan setan" terutama ketika mengkritisi agamanya sendiri yang diyakini, bukan ditelan mentah2. bahkan, bisa saja tokoh bapak psikologi Sigmund Freud itu adalah mossad/antek2 yahudi ketika suatu pemikiran yang kritis ternyata tidak sesuai dg kamus keimanan islam. :vom:
User avatar
Foxhound
Posts: 5006
Joined: Sun Mar 18, 2007 6:02 pm
Location: FFI
Contact:

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by Foxhound »

fayhem wrote:Jadi menurut bung Fox, hati nurani / superego tiap manusia adalah sama ?
yang beda adalah kuat atau tidaknya hati nurani / superego pada diri manusia
Super-ego paling tidak dipercayai mempunyai karakteristik yang sama: "super-ego aims for perfection" artinya berusaha menuju sesuatu yang ideal dan sempurna. Kondisi ideal ini yang mungkin berbeda antara orang yang satu dan yang lain. Jadi super-ego nya sama, tetapi aims nya bisa berbeda.

Bisa dikatakan pula bahwa super-ego juga yang bisa mendorong manusia untuk menjadi lebih baik melalui proses. Tetapi di lain pihak, comfort zone, adalah musuh dari development process. Id dan super-ego benar2 seperti minyak dan air. Ego yang menentukan kuat atau tidak nya hati nurani pada diri manusia. Semakin sering dihiraukan, diabaikan atau bahkan mungkin dibunuh, tentunya akan menjadi lemah... Tetapi tidak menutup kemungkinan juga suatu saat akan berontak... Dalam kasus terhadap muslim, ini hal yang sangat kita rindukan..
fayhem wrote: Katakanlah MN sudah mengakui kekeliruannya dalam mengenali hal tersebut, lantas kemudian dia mengatakan bahwa islam adalah ajaran untuk menguatkan kembali superego dirinya yang sebelumnya kalah oleh id / nafsunya.

Jadi, apakah kita memang membutuhkan sesuatu untuk menguatkan superego kita sehingga tidak akan kalah dengan id/nafsu kita ?
Lain ladang, lain ilalang, encouragement bisa sangat berbeda bagi tiap2 orang. Encouragement yang sama, bisa menghasilkan efek yang berbeda pada seseorang. FFI yang sama punya efek memurtadkan muslim, juga ada yang menjadikan muslim jadi tambah bebal... Di satu sisi, kadang jadi seolah2 terlihat usaha sia-sia dan percuma FFI ini ketika mendengar argumen jeblok muslim di sini. Tetapi kenyataan bahwa FFI benar2 berhasil memurtadkan beberapa orang muslim, membuktikan bahwa encouragement yang dilakukan FFI untuk menggugah hati nurani muslim bukan omong kosong. Hati nurani muslim yang bebal, itulah yang bermasalah, bukan usaha netter2 FFI di sini.

Buat saya pribadi, ada beberapa hal yang saya lakukan untuk menguatkan super-ego.

1. Super-ego perlu rajin untuk didengarkan. Dalam kepercayaan saya, super-ego itu bahkan bukan sekedar hati nurani, melainkan Roh Tuhan yang hidup.
2. Jangan enggan untuk keluar dari comfort zone. Karena comfort zone adalah bagian dari id, dan seringkali mengkukung seseorang untuk menggali potential yang lebih.
3. Cari hikmat, dari hikmat akan muncul pengetahuan, dan pengetahuan akan membekali super-ego kita dengan ide-ide yang lebih masuk akal dan realistis. Dan dengan demikian, ego kita yang realistis bisa lebih berpihak kepada super-ego dibandingkan kepada id.
fayhem wrote: Superego muslim sengaja ditutup / sengaja dilemahkan oleh mereka demi keyakinannya yang salah.

Bagaimana jika kasus rhoma dibalik ? non muslim mengajak untuk tidak memilih muslim sebagai pemimpin
Apakah superego muslim menguat melihat hal itu sehingga memutuskan untuk mengatakan non muslim pelaku SARA ?
Ini juga hal yang amat sangat menarik dari fenomena muslim. Muslim sangat cepat menghakimi agama dan orang lain, tetapi ketika takaran yang sama yg dipakainya untuk menghakimi agama/orang lain tersebut dipakai untuk mengukur mereka, mereka dengan cepat akan membuangnya.

Artinya apa? Artinya mereka bukannya tidak tahu bahwa standard moral mereka itu amburadul. Di dalam benak mereka, mereka tahu bahwa mereka itu salah. Karena kalau mereka tidak tahu bahwa itu salah, mereka tidak akan dengan cepat berteriak manakala orang lain yang melakukannya pada mereka. Jadi teori saya harusnya tidak jauh dari kenyataan empiris. Bahwa muslim, rata2, terutama yang bebal, yang bahkan jago berdebat, yang pintar cari celah, yang pinter muter2 dan yang pinter menyerang balik argumen2 non muslim... mereka pasti benar2 tau bahwa ada yang salah dengan Islam... Hanya saja, pengaruh Islam mungkin lebih kuat dari super-ego mereka. Kalau anda semua non-muslim bisa menerima teori dan penjelasan saya, perasaan apa yang sekarang muncul di hati anda bagi mereka? Kalau saya, yang muncul adalah rasa kasihan.
duren wrote: Islam bukan agama ... tapi ideologi

Masalahnya ... bisakah diterima jika IDEOLOGI dijadikan AGAMA ??
Ini yang menjadikan Islam itu sangat berbahaya. Suatu ideologi, ketika diketemukan tidak sesuai dengan kultur sosial, tidak sesuai dengan kemanusiaan, tidak sesuai dengan perilaku luhur, bertentangan keras dengan super-ego, akan lebih mudah ditinggalkan penganutnya dibandingkan dengan Islam. Kenapa? Karena Islam adalah ideologi berkedok agama... Ketika dipertanyakan, sosok Tuhan dipakai untuk menegakkannya kembali.

Saya harus akui kali ini, Iblis, memang cerdik dan licik luar biasa... Islam, adalah maha karya nya... Bahkan fasisme tidak bertahan sekuat Islam.

Qorma 2 biji wrote:teori psikoanalitik Sigmund Freud ini jadi salah satu makanan wajib dalam bidang psikologi. yang saya heran, ketika muslim berpendidikan, katakanlah dengan background ilmu psikologi sekalipun, tetapi ketika berbicara mengenai islam mereka cenderung membuang intelektualitas mereka demi membela keyakinan islam nya dengan iman buta. bagaimana bung fox menanggapi ini?
Sudah saya tulis di awal bahwa ketika super-ego mengkonfrontasi seseorang, maka yang muncul adalah kegelisahan. Tubuh manusia itu didesign sebagai survivalist. Segala sesuatu mempunya mekanisme pertahanan, termasuk dari aspek psikologi. Dan ketika seseorang mengalami kegelisahan, dirinya akan mencoba untuk mengatasi dan mencari jalan keluar sebelum kegelisahan tersebut menjadi besar dan menjadi masalah buat dirinya.

Mekanisme pertahanan ini, disebutkan oleh Sigmund Freud ada beberapa, Anne Freud mengkategorikannya dengan cara berbeda, tetapi saya akan coba bahas dari sudut pandang Sigmund Freud.

Dari beberapa mekanisme pertahanan, ada bbrp saya lihat dominan dipakai muslim; denial, projection, compensation dan rationalization. Kesemuanya itu adalah mekanisme pertahanan dari bawah sadar muslim ketika berhadapan dengan kenyataan hati nurani, super-ego yang mengkritik ego mereka, bahwa Islam yang mereka cintai adalah agama penuh kebohongan.

Denial (Penolakan)
http://en.wikipedia.org/wiki/Denial
Denial (also called abnegation) is a defense mechanism postulated by Sigmund Freud, in which a person is faced with a fact that is too uncomfortable to accept and rejects it instead, insisting that it is not true despite what may be overwhelming evidence.[1]
Penolakan adalah satu mekanisme pertahanan seseorang ketika hati mereka goncang. Bisa terjadi misal ketika seorang ibu mendengarkan kabar kematian anaknya, dan dia berteriak "itu bukan anakku!" meskipun jelas2 dia melihat bajunya adalah yang dipakai anaknya terakhir berjumpa dengan dia.

Dalam hal ini, muslim juga akan masuk ke fase ini ketika dia goncang bahwa pengalaman imannya, cintanya yang menggebu kepada nabi mereka... apa yang selama ini mereka pikir sudah membuat diri mereka lebih baik, adalah kebohongan yang dirancang dengan luar biasa. Dan salah satu mekanisme pertahanan mereka adalah penolakan, dan seperti yang saya kutip di atas... berjibun bukti anda bawa, mereka akan menolak nya mentah2... Dan kembali saya katakan, kalau saya bisa kasihan dengan ibu di contoh kasus di atas, bagaimana kita dengan muslim? Selayaknya kita juga kasihan pada mereka.

Dan lanjutannya juga sangat menarik
The concept of denial is particularly important to the study of addiction. The theory of denial was first researched seriously by Anna Freud. She classified denial as a mechanism of the immature mind, because it conflicts with the ability to learn from and cope with reality. Where denial occurs in mature minds, it is most often associated with death, dying and rape. More recent research has significantly expanded the scope and utility of the concept
Kalau kita semua baca quote di atas. Denial sebenarnya adalah mekanisme pertahanan dari pemikiran yang belum dewasa, dan bertentangan dengan kemampuan untuk belajar dan beradaptasi terhadap realitas yang dipunyai oleh orang-orang dewasa. Sehingga menurut para psikolog biasanya apabila terjadi pada orang dewasa umumnya terjadi pada kasus traumatis seperti kematian, kondisi sakit parah, divonis mati atau pemerkosaan. Mungkin kepada para psikolog tersebut harus dipresentasikan bahwa kasus itu terjadi secara gamblang pada muslim.

Seperti yang tertulis di link wikipedia, ada beberapa tipe 'Denial', dua yang akan saya bahas di sini:

1. Denial of fact
In this form of denial, someone avoids a fact by lying. This lying can take the form of an outright falsehood (commission), leaving out certain details to tailor a story (omission), or by falsely agreeing to something (assent, also referred to as "yessing" behavior). Someone who is in denial of fact is typically using lies to avoid facts they think may be painful to themselves or others.
Dejavu bukan? Bohong, hoax, taqiya, adalah ciri2 khas muslim. Jadi sekarang, jangan heran kenapa muslim seperti itu. Karena 'Denial of fact' juga adalah mekanisme pertahanan mereka. Dan daripada diri mereka gelisah sakit dan bimbang, mereka memilih untuk berbohong kepada diri sendiri, percaya kepada hoax, dst. Muslim CS, tentu akan lebih percaya wanita bisa mengeluarkan sperma dibanding percaya Muhammad bukan rasulullah.

2. Denial of responsibility
Ini bisa termanifestasi menjadi blaming, minimizing dan justifying. Dan yang cocok untuk muslim adalah yang pertama.

Blaming, adalah kombinasi dari dua mekanisme pertahanan, denial dan projection. Dengan melemparkan tanggung jawab 'kesalahan' kepada orang lain, seseorang mungkin bisa merasa 'lebih baik' sehingga tingkat kegelisahan mereka menurun. Itu sebabnya, muslim, sangat cepat menuduh dan memfitnah orang lain. Juga kalau mereka melakukan tindakan anarki dan amoral, yang salah pasti sasarannya. Kalau FPI menghancurkan properti orang lain, siapa yang salah? Hukum negaranya yang salah, karena hukum negara tidak sanggup mengakomodasi keinginan umat Islam. Kalau umat Islam menghancurkan gereja, siapa yang salah? Gerejanya, karena dibangun tanpa ijin. Kalau di situbondo pendeta dibakar hidup2, siapa yang salah? Pendetanya, karena membangun gereja di kantong Islam...

Itu semua adalah manifestasi dari "Denial of Responsibility"

Rationalization
http://en.wikipedia.org/wiki/Rationaliz ... chology%29
In psychology and logic, rationalization (also known as making excuses[1]) is an unconscious defense mechanism in which perceived controversial behaviors or feelings are logically justified and explained in a rational or logical manner in order to avoid any true explanation, and are made consciously tolerable – or even admirable and superior – by plausible means.[2]
Menghibur diri, mencari2 alasan yang masuk akal, untuk kemudian bisa mentoleransi ajaran2 Islam yang bertentangan dengan hati nurani mereka adalah salah satu mekanisme pertahanan mereka. Celakanya, alasan2 yang masuk akal juga seringkali tidak berhasil mereka dapatkan, dan akhirnya dikombinasi dengan 'denial of fact'... dan hasilnya, terjadilah Circular Reasoning.


Compensation
Ini adalah mekanisme pertahanan muslim yang membuahkan sifat2 mereka yang triumphalist dan main klaim. Mekanisme pertahanan yang terjadi akibat inferiority kompleks. Inferiority kompleks sendiri terjadi karena super-ego mereka meyakinkan mereka bahwa yang mereka percayai itu salah, amoral dan penuh kebohongan (inferior). Tetapi karena mereka menolak super-ego, terjadilah yang inferior dimenangkan dari yang superior oleh ego. Di kala super-ego tetap berbicara bahwa itu inferior, dan mengkonfrontasi mereka, dan kemudian kegelisahan timbul. Mekanisme pertahanan terbentuk, dan terjadi pembunuhan atas super-ego dengan cara melakukan compensation.
In psychology, compensation is a strategy whereby one covers up, consciously or unconsciously, weaknesses, frustrations, desires, feelings of inadequacy or incompetence in one life area through the gratification or (drive towards) excellence in another area. Compensation can cover up either real or imagined deficiencies and personal or physical inferiority. The compensation strategy, however does not truly address the source of this inferiority.
Kenapa muslim main klaim soal AQ mendahului ilmu pengetahuan? Karena mereka tidak bisa mengklaim bahwa AQ adalah ajaran moral yang baik tanpa menyembunyikan kenyataan yang tertulis di ayat2 AQ yang lain, ataupun hadits dan tafsir. Meskipun hal ini berbuah kekonyolan yang lain karena akhirnya AQ pun tidak terbukti mendahului ilmu pengetahuan, bahkan bertentangan dengannya, tetapi yang kita bahas di sini adalah mengapa muslim menjadi seperti itu.

Misal kita asumsikan AQ tepat dan mendahului ilmu pengetahuan, sebenarnya itupun tidak akan pernah ada hubungannya dengan ajaran moral. Tidak berarti kalau AQ benar dari sudut ilmu pengetahuan, AQ benar dalam ajaran moral. Tetapi itulah 'compensation' suatu mekanisme pertahanan yang seringkali dilontarkan oleh muslim, yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan apa yang dibahas...

Termasuk juga di dalamnya adalah argumen2 red herring. Termasuk ketika saya berdebat dengan muslim, bahkan bukan soal Islam melainkan soal kekristenan itu sendiri. Ketika muslim berdebat dengan saya, dan super-ego mereka tahu bahwa apa yang saya katakan itu benar, mereka akan masuk ke ranah 'compensation' dengan mencoba berdebat kusir tentang hal2 yang tidak ada hubungannya, tetapi menurut mereka, mereka akan bisa menang. Kalau mereka bisa mematahkan argumentasi saya dengan benar, mereka tidak akan perlu lari ke sana. Tetapi anda akan sering mengalami ini dengan muslim. Karena ini adalah mekanisme pertahanan mereka.


Triumphalist dan main klaim, keinginan mendominasi dunia, mengimplementasikan syariah, juga sebenarnya adalah mekanisme 'compensation' terkombinasi dengan 'reaction formation'. Reaction formation yang terjadi akibat dari counter - inferiority complex, menjadi superiority complex.
Qorma 2 biji wrote:teori psikoanalitik Sigmund Freud ini jadi salah satu makanan wajib dalam bidang psikologi. yang saya heran, ketika muslim berpendidikan, katakanlah dengan background ilmu psikologi sekalipun, tetapi ketika berbicara mengenai islam mereka cenderung membuang intelektualitas mereka demi membela keyakinan islam nya dengan iman buta. bagaimana bung fox menanggapi ini?
Terkadang orang yang sudah terbiasa dengan sesuatu, justru mengabaikannya. Orang terbiasa hidup sehari2 dengan id,ego dan super-ego, jarang akan mengambil waktu untuk duduk merenung dan merefleksi diri sendiri apa yang sedang terjadi dengan diri saya. Suara siapakah ini? Kenapa ada pertentangan di diri saya? Orang yang belajar ilmu psikologi, justru mungkin juga tidak akan ambil pusing dengan aspek psikologi dirinya ketika berhadapan dengan super-ego nya. Lebih2 melakukan psychoanalysis terhadap sikapnya sendiri.

Tulisan ini, saya buat, untuk menggugah mereka yang cukup intelektual... supaya yang membaca teringat, tergugah dan sadar bahwa ada super-ego, suara hati nurani yang berbicara, dan perlu didengarkan dengan baik. Saya tidak yakin berhasil, tetapi semoga bisa menyentuh orang-orang tertentu.

Saya pribadi Foxhound, sadar bahwa tulisan2 saya ini mungkin juga hanyalah 'sampah' bagi golongan muslim tertentu. Bagi yang berpikiran sederhana (simple, bukan b0d0h), komik dari Adadeh jauh lebih efektif dalam menyadarkan dan menggugah mereka daripada debat tiada ujung dan tulisan2 panjang. Sedangkan bagi kaum intelektual muslim sendiri, mungkin tulisan saya ini juga akan berhadapan sekali lagi dengan mekanisme pertahanan mereka. Tetapi semoga, bisa sedikit menyadarkan mereka akan pergumulan hati mereka.
User avatar
Qorma 2 biji
Posts: 202
Joined: Mon Jul 30, 2012 1:32 am

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by Qorma 2 biji »

bagus sekali pembahasannya bung fox mengenai kaitannya secara psikologis terhadap islam dan muslim. =D> :rock:
memang sangat memprihatinkan, dan kasihan..
apalagi ketika melihat aksinya muslim mencoba menyanggah ilmu pengetahuan, akal sehat, dan standar moral universal dengan senjata sumber intelektualitas mereka yang cuma berdasarkan kata alquran. :rolling:
sodrun
Posts: 1957
Joined: Sat Apr 30, 2011 8:38 pm

Re: Id, Ego & Super-Ego : Pengaruh Islam bagi hati nurani mu

Post by sodrun »

Satu thread yang sangat menarik dari sensei Foxhound !
Sekedar usul untuk bro Fox, ada baiknya diberikan contoh-contoh di lapangan supaya orang-orang yang awam seperti saya, yang tidak tau banyak soal psikologi jadi bisa lebih "mudheng". Thank's..
2. Denial of responsibility
Ini bisa termanifestasi menjadi blaming, minimizing dan justifying. Dan yang cocok untuk muslim adalah yang pertama.

Blaming, adalah kombinasi dari dua mekanisme pertahanan, denial dan projection. Dengan melemparkan tanggung jawab 'kesalahan' kepada orang lain, seseorang mungkin bisa merasa 'lebih baik' sehingga tingkat kegelisahan mereka menurun. Itu sebabnya, muslim, sangat cepat menuduh dan memfitnah orang lain. Juga kalau mereka melakukan tindakan anarki dan amoral, yang salah pasti sasarannya. Kalau FPI menghancurkan properti orang lain, siapa yang salah? Hukum negaranya yang salah, karena hukum negara tidak sanggup mengakomodasi keinginan umat Islam. Kalau umat Islam menghancurkan gereja, siapa yang salah? Gerejanya, karena dibangun tanpa ijin. Kalau di situbondo pendeta dibakar hidup2, siapa yang salah? Pendetanya, karena membangun gereja di kantong Islam...

Itu semua adalah manifestasi dari "Denial of Responsibility"
CMIIW....
Tindakan menyalahkan sasaran ini contohnya, .. menutup (termasuk mengobrak-abrik) warung dan tempat hiburan pada bulan puasa, karena dianggap mengganggu orang yang berpuasa !
Tidak mampu mengendalikan diri waktu berpuasa, yang disalahkan adalah warungnya :shock:
Laki-laki yang tidak mampu mengendalikan syahwat, .. yang disalahkan adalah perempuannya sehingga mesti dibungkus rapat-rapat, dikarungin ! :shock:
Tidak mampu membendung arus murtadisasi,.. yang disalahkan adalah banyaknya tempat ibadah lain sehingga mesti dibatasi, dikurangi .. ! :shock:

Thx to sensei Foxhound ! :heart:
Post Reply