Lie Eng Hok
Pahlawan Itu Bernama Lie Eng Hok
BENTUK kijing itu laiknya nisan-nisan lain di Taman Makam Pahlawan (TMP) Giri Tunggal Semarang. Terbuat dari bahan teraso dengan model yang amat bersahaja. Kalaulah beda, itu lantaran sedikit amblas dan miring ke depan. Jika dilihat selintas, tentu tak terlampau istimewa.
Tapi tunggu dulu, coba cermati sekali lagi, nama yang terpahat di sebidang pualam yang terdapat pada nisan itu. Lie Eng Hok, sebuah nama Tionghoa! Unik? Tentu saja. Mungkin tak banyak orang tahu, dari ribuan pahlawan yang dikebumikan di Giri Tunggal, seorang di antaranya adalah warga keturunan.
Lantas, siapa sejatinya Lie Eng Hok? Dan apa jasanya hingga dimakamkan di tempat terhormat itu? H Junus Jahya dalam buku Peranakan Idealis, Dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya menulis, Lie adalah keturunan Tionghoa yang dituduh terlibat dalam Pemberontakan 1926 di Banten. Untuk itu, dia sempat diasingkan di Boven Digoel selama lima tahun (1927-1932). Namun dalam karya tersebut, Junus tak menyebut secara pasti peran apa yang dilakukan Lie.
Sekadar catatan, Pemberontakan 1926 Banten adalah peristiwa huru-hara yang didalangi oleh orang-orang Komunis Hindia Belanda. Peristiwa serupa juga terjadi secara bersamaan di Sumatera Barat.
Dalam peristiwa tersebut, massa pribumi bergerak melakukan perusakan jalan, jembatan, rel kereta api, instalasi listrik, air minum, rumah-rumah serta kantor milik Pemerintah Kolonial Belanda.
Aksi itu dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintahan yang menindas. Meski demikian, menurut Junus, tak semua orang yang terlibat di dalamnya adalah komunis, sebab sebagian lain kaum nasionalis.
Lie yang merasa menjadi buronan Pemerintah Kolonial melarikan diri ke Semarang. Di ibu kota Midden Java ini, dia membuka usaha jual-beli buku loak. Menurut Kaspin (97), kawan dekat Lie, toko itu terletak di Jalan Gajahmada. Karena acap membeli buku-buku loak dari orang-orang Belanda, lelaki kelahiran Desa Balaraja, Tangerang, 7 Februari 1893 tersebut punya banyak informasi. Nah, informasi yang terkait dengan soal-soal politik dia sampaikan kepada kawan-kawan pergerakan.
''Dia sering mengirimken surat buat sesama kaum pergerakan. Beberapa kali juga pernah mencarikan mereka penginapan kalau sedang melaksanaken rapat di Semarang,'' kata Kaspin, saat Suara Merdeka mendatangi rumahnya di Jalan Magersari III Nomor 70 Semarang, Selasa (15/3).
Tertangkap
Suatu ketika, tindak-tanduk Lie terendus. Dia tertangkap saat hendak menyampaikan surat dari kawan pergerakan yang disembunyikan di dalam buku loaknya. Sebagai hukuman, Lie harus mendekam di Boven Digoel, pusat pengasingan tahanan politik Pemerintah Kolonial Belanda.
Di pengasingan, dia mencari penghasilan tambahan dengan membuka kios tambal sepatu. Mengutip Sin Po edisi 6 September 1930, buku Junus memuat foto Lie Eng Hok di Boven Digoel sebagai ''toekang tambel sepatoe'' bersama U Pardedeh, bekas Hoofd Redacteur Soeara Kita Pematang Siantar.
Usai dibebaskan, Lie pulang ke Semarang dan kembali menekuni usaha jual beli buku loaknya. Pada masa pemerintahan Sukarno, Lie dinyatakan sebagai perintis kemerdekaan RI, berdasarkan SK Menteri Sosial RI No. Pol 111 PK tertanggal 22 Januari 1959. Lie juga berhak menerima uang tunjangan Rp 400 per bulan.
Lie Eng Hok meninggal pada 27 Desember 1961. Semula jenazahnya dimakamkan di pemakaman Tionghoa Kedungmundu. Namun atas upaya Kaspin--yang merupakan Ketua Perintis Kemerdekaan Cabang Semarang--kerangkanya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal dengan pengesahan SK Pangdam IV/Diponegoro No B/ 678/ X/ 1986.
Ya, pahlawan bermata sipit dan berkulit kuning itu kini telah bersemayam dengan tenang di tempat yang memang setara dengan jasa-jasa yang pernah ia perbuat untuk bangsa yang dicintainya.
==============================================================================================================================================
tidak ada tertulis secara pasti ttg keyakinan yg dianut oleh tokoh satu ini, akan tetapi pertama kali tokoh ini dimakamkan di pemakaman tionghoa kedungmundu. gw berasumsi bhw seorang muslim tentu tidak akan dimakamkan di pemakaman tionghoa ( ato gw salah ? cmiiw ). jdi gw asumsikan beliau adalah seorang kafirun.
kalo ada yg bisa memberi bukti sebaliknya, monggo di lampirkan