Islam, memang bermuka dua, justru itu bahayanya. Tetapi kalau memang itu hanya mengatasnamakan Islam, kenapa sampai sekarang, tidak pernah keluar fatwa haram melakukan kekejian seperti itu dari pemuka2 agamamu?Blue wrote: boleh saja anda menginterpretasikan Islam itu bagaimana, atau mungkin yg anda pikirkan Islam itu seperti yg anda lihat dari tingkah polah mereka2 yg mengatasnamakan Islam. Kalau begitu adanya, artinya daya pikir anda equivalen saja dgn mereka.
Kontradiksi sekali...Blue wrote:Perlu anda sadari bung, kemampuan setiap orang bisa berbeda2 dlm mencerna sebuah pemahaman. Apalagi untuk bisa memahami teks2 Alquran, sbg sumber utama Islam, yg sesungguhnya sangat menuntut keterlibatan akal dan nurani guna bisa menarik setiap makna yg terkandung didalamnya, hingga bisa diimplementasikan sbg sbh ajaran. Hal ini yg sangat sulit untuk bisa dijadikan sbg sbh "keseragaman" cara berpikir, disebabkan dgn kemampuan intelektual yg berbeda td.
16:103. Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)." Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam, sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang.
Hadits pun, juga harusnya sama
14:4. Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
Dan lagi, penggagas2 kebrutalan Islam, justru tidak dipelopori oleh masyarakat non intelektual dan strata sosial bawah. Tengoklah FPI! Lihatlah Munarman. Tengoklah Dr Ashary, tengoklah Noordin M Top. Mereka semua orang-orang yang berpendidikan, tetapi menjual otaknya demi kebodohan.
Asbun! Kalangan strata sosial bawah di bawah majapahit, mengajarkan banyak hal yang sangat beradab. Sisa-sisanya juga bisa dilihat dari kebudayaan hidup orang Bali dan penganut Kejawen. Justru Islam yang di bawa para Sunan inilah yang sudah menanamkan banyak kebencian ke dalam kalangan strata sosial bawah. Para abdi dalem Yogyakarta, juga tidak bermental seperti itu. Padahal upah mereka hanya 20.000 / bulan, karena budaya2 kejawen berpengaruh lebih besar kepada mereka dibandingkan Islam. Sisa-sisa ajaran kasta di dalam ajaran Hindu bagi umat-umat Hindu itu sendiri, dan juga bagi mereka-mereka yang mendalami kejawan, juga justru membuat mereka menerima mensyukuri apa yang mereka punya sebagai suatu kodrat dan berbuah kepada penerimaan diri dan kerendahan hati.Blue wrote:Lbh dari persoalan ajaran agama saya kira, karakter masyarakat Indonesia ini (terutama kalangan strata sosial bawah), terbentuk menjadi sedemikian rupa kerasnya, saya pikir lebih disebabkan oleh berbagai bentuk ketidakadilan yg dirasakan masyarakat bawah.
Islam sangat berbeda! Islam mengajarkan triumphalist, fasisme... Agama mereka lebih unggul dari orang lain, tidak boleh kalah. Sehingga ketika ini ditanamkan ke bawah sadar benak orang-orang dengan strata sosial bawah tidak berpendidikan, menjadi sangat berbahaya. Kenapa? Karena sudah fitrah manusia untuk ingin unggul. Dengan mudah ide ini akan ditangkap oleh orang strata sosial bawah, bahwa mereka itu adalah orang2 yang seharusnya punya nilai lebih tinggi dari orang-orang kafir.
Terhadap kafir2 lain yg notabene juga punya strata sosial lebih tinggi. Mereka juga mengalami hal yang sama. Karena mereka merasa diciptakan tuhan mereka lebih dari orang-orang kafir, tetapi kenyataannya strata sosial mereka jauh di bawah, mereka mulai merasakan kecemburuan. Dan di sinilah kecemburuan, bergabung dengan kesombongan dibuahi menjadi kebencian2.
Justru, Islam lah yang memberikan pengaruh buruk kepada rakyat2 kecil. Ideologi perusak mental yang menyebabkan orang-orang berhati nurani baik berubah menjadi zombie muslim ganas yang brutal dan haus darah.
Bagi mereka muslim-muslim dari strata sosial bawah, hal itu menjadi satu-satunya harga diri yang mereka banggakan. Dan mereka kemudian dengan tanpa malu belajar jadi hakim dan menghakimi orang lain. Sangat bertolak belakang dengan ajaran kasta Hindu, sangat bertolak belakang dengan ajaran "Nrimo Ing Pandum" dari kejawen. Dan kejawen adalah turunan dari ajaran Hindu.
Filsafat Islam dan kejawen sendiri, sebenarnya sangat bertolak belakang, ulah Sunan Kalijagalah yang mencampurkannya (yang sampai sekarang saya tidak tahu apa motif sebenarnya). Tetapi ini juga bukti lain soal muka duanya Islam.
Saya orang yang percaya, bahwa sebagian besar muslim, adalah korban. Korban ajaran sesat bernama Islam, yang bermuka dua, menggerogoti tanpa sadar dan menikam dari belakang. Agama, memang di mana-mana, sering digunakan orang tidak bertanggungjawab untuk kepentingan diri mereka. Bukan hanya Islam, Kristen pun jg sama. Tetapi Islam adalah yang paling berbahaya dibandingkan dengan yang lainnya. Karena Islam mengijinkan segala kebathilan dilakukan kepada orang-orang yang difitnah mereka kafir.
Islam adalah ajaran bermuka dua. Datang dengan muka senyum menawarkan 'kebenaran', tetapi dibalik punggung menyembunyikan pisau kebinasaan bernama 'kebathilan'