Page 1 of 1

Kiriman seorang teman : PKI = PKS?

Posted: Sun Mar 01, 2009 7:32 am
by fenomena
Ini ada kiriman seorang teman, tulisan ini dibuat oleh Muhammad Amin.

Silaken dibaca dan boleh ditanggapi.

PKI = PKS ?

Banyak kalangan yang khawatir dengan gejala fundamentalisme. Alasanya sederhana, fundamentalisme mengancam perinsip hidup bersama: dimana ruang-ruang akses, ekspresi dan kemugkinan pemanfaatnya terbagi secara merata di antara berbagai individu maupun kelompok sosial dan kultur.

Kondisi seperti di atas merupakan fenomena Indonesia kontemporer. Banyak kalangan yang meyakini dan mempercayai Islam sebagai jawaban final atas semuannya, sehingga mereka berpandangan bahwa negara wajib untuk menginstitusinalkan syariah. Perspektif sempit tersebut telah memunculkan fenomena revivalisme Islam atau biasa disebut kelompok fundamentalisme Islam.

Gelombang fundamentalisme Islam yang diwujudkan dalam hadirnya partai-partai berlandaskan Islam mengalami peningkatan. Pada pemilu 1999 tercatat 86 kursi dari Partai yang berideologi Islam, dan 2004 naik menjadi 127 kursi. Sedang terjadi stagnasi/ merosot PAN menyusut suaranya dari 7,12 % pemilu 1999, menjadi 6,44 % pada pemilu 2004. Sedang PKB 12,61% merosot hanya mendapat 10,57%.

Kondisi ini merupakan pengulangan, namun sekali lagi, hadir dalam bentuk yang berbeda. Sebagai cerminan sederhana, marilah kita bandingkan antara Partai Komunis Indonesia (PKI), salah satu partai kuat dan idola di zaman Sukarno dan Partai Keadilan Sejahtra (PKS), sebuah partai “the new-rising star” di Zaman SBY. Pada pemilu tahun 1999 PKS dapat meraih suara 1,4 persen suara. Lalu pada pemilu tahun 2004, PKS merupakan partai yang paling berhasil dalam mendulang suara, dengan mengalami kenaikan mencapai 7,3 persen. Perolehan ini berhasil menempatkan 45 kursi wakilnya di senayan.

Namun demikian, banyak di antara kelompok fundamentalis tersebut kini seringkali melakukan propaganda pada masyarakat atas bahaya komunisme, sebagai komponen dari masyarakat yang akan menghanguskan bangsa Indonesia. Komuniasme dikampanyakean sebagai barang yang “haram” dan musti dimusnahkan. Peristiwa Penyerbuan Papernas, banyaknya sepanduk anti komunisme merupakan fakta yang tidak bisa ditolak.
***

Harus diakui, kehadiran PKS telah merubah peta politik Indonesia. Organisasi Masyarakat seperti NU dan Muhammadiyah resah, dan mengerutu. Banyak massa mereka yang menyebrang, tidak lagi memilik PKB atau PAN. Sedangkan PKI merupakan partai urutan nomor lima pada pemilu 1955, namun bila kita cermati, ada sisi menarik kesamaannya, terlepas dari berbagai perbedaan yang tentu juga banyak di antara keduanya.

Pertama baik PKS maupun PKI hadir saat tepat dunia sedang gersang “suwung”; PKI, di saat masyarakat desa yang butuh kemakmuran, sedang PKS lebih pada masyarakat kota yang sedang “kosong”, “krisis kepercayaan” dan butuh ketrentaman hidup, dan personaliti yang meyakinkan. PKI menjawabnya dengan propaganda masyarakat adil ala sosialis, sedang PKS menjanjikan masyarakat yang bersih, sesuai dengan aturan-aturan ajaran agama Islam.

Kedua PKI digerakkan oleh orang yang berpikir rasional (ala marxis), demikian pula dengan PKS umumnya mengehendaki “rasionalisasi” dalam agama—dalam pengertian bebas dari syirik, mistik, khurafat. Maksudnya elite PKI merupakan orang-orang yang “melek buku” dan cenderung berpikiran lebih modern, sekalipun massanya berada lebih banyak di kalangan masyarakat bawah. Demikian pula dengan PKS, penggerak utama dan kader inti mereka umunya adalah orang-orang yang “well-educated”, lulusan universitas-universitas di dalam negeri ataupun di dalam negeri.

Ketiga baik PKI maupun PKS memilik massa yang solid dan militan. Namun jika PKS lebih di wilayah perkotaan, sedang PKI umumnya di pedesaan di mana para petani biasa berdiam. Keempat “everyday is campaingn” tampaknya menjadi siasat yang sama dalam PKI maupun PKS. Ini terbukti bagaimana kedua partai tersebut dalam melakukan “promosi” partai mereka bukan hanya saat/menjelang pemilu saja. Dalam aktivitas keseharian, dan berbagai moment PKS merupakan partai yang getol turun ke jalan, atau turun ke lapangan—seperti bakti sosial saat bencana alam, dan lainnya. Ini juga dilakukan oleh PKI di zaman Sukarno.
Kelima baik PKI maupun PKS sama-sama menerapkan sistem sel dalam proses kaderisasi massanya. Sebagaimana dikatakan presiden PKS, Tiffatul Sembiring, Partai yang dipimpinya memiliki 8,3 juta konstituent dan 500 ribu kader yang aktif tersebar di seluruh nusantara (Burhanuddin, Indopos/9/706). Keenam antara PKI dan PKS menempuh jalan prosedural dan akomodatif, memasang pengaruh dan kekuatan di mana-mana. PKI yang bergandengan dengan Sukarno, tebar jala diberbagai lini dan seterusnya. Sama halnya dengan PKS yang akomodatif terhadap pemerintahan SBY, ikut pemilu secara fair dan memasang orang di mana-mana.

Ketujuh orang-orang PKS umumnya adalah orang yang sangat kuat memegang ideologi. Mereka adalah sekelompok orang yang merasa prihatin akan situasi bangsa ini agar menjadi lebih baik, mereka juga mempunyai emphai atas orang-orang miskin. Demikian pula dengan PKI.
Kedelapan mewujudkan cita-cita masyarakat imajiner merupakan impian PKI maupun PKS. PKI dengan keadilan distributif ala sosialisme, sedang PKS masyarakat Islam. Kesembilan, antara PKI dan PKS adalah partai yang memiliki jaringan atau ikatan ideologi di tingkatan internasional. PKI dengan Unisoviet, Cina dan negara-negara komunis. Sedang PKS mempunyai ikatan, atau minimal semangat yang sama dengan beberapa negara Islam di timur tengah.
Kesepuluh dalam bebarapa hal kecil baik PKI maupun PKS juga memiliki kesamaan dalam memantapkan perjuangan mereka. Jika PKI sering menggunakan jargon “revolusi” “perjuangan proletar” “camerade” maka PKS juga mempunyai jargon-jargon seperti “jihad” “dakwah”, “ikhwan” dan identitas, “partai proletar” atau “partai dakwah” dan seterusnya.
Kesebelas baik PKI maupun PKS sama-sama partai dengan basis ideologi yang mejadi objek kritikan dan bertentangan dengan mereka yang menghendaki kebebasan dan demokrasi liberal. Karena memang, dalam altar sejarah, tipe organisasi sepereti PKI dan PKS baik dari segi ideologi dan sikap dalam kehidupan bernegara seringkali bersebarangan dengan nilai-nilai demokrasi dan cenderung menghendaki masyarakat yang seragam.

Tentu saja masih terdapat persamaan-persamaan yang lain di antara kedua partai ini. Terlebih lagi hal-hal yang bersifat teknik dan pengelolaan organisasi kepartaian. Selain itu juga terdapat persamaan yang sifatnya sangat paradigmatik, sebagai contoh baik PKI maupun PKS percaya akan misi Universalisme. Komunisme yang menjadi basis ideologi PKI merupakan gagasan yang lahir di rahim Univeraslime pencerahan, yang mempercayai kebenaran tunggal yang musti dikampayekan dan diperjuangkan dalam masyarakat. Ini dapat ditelusuri pada gagasan-gagasan Marx yang mempostulatkan determinasi ekonomi sebagai pusat segala lika-liku fenomena kehidupan manusia di bumi ini.

Demikian pula dengan PKS yang memegang teguh agama sebagai keyakinan (addin) yang musti diwujudkan dalam pemerintahan (daulah). Memang agama di sini, digunakan untuk melawan Universalisme ala Barat/pencerahan. Namun apa yang dikerjakan adalah repetisi regimentasi kebenaran dengan menawarkan universalismenya sendiri. Yakni agama sebagai titik pijak segala kehidupan yang mutlak, berlaku melintasi ruang dan waktu. Yang lantas kebenaran tersebut musti ditegakkan, hingga kuasa manusia di bumi berjalin erat dengan pemilik kuasa planet Saturnus atau Yupiter. Dan tentu saja yang bukan bagian dari mereka, adalah "the others" yang harus disadarkan. Pola paradigama seperti ini jelas mengancam kebebasan individu, dan pluralitas yang tidak bisa ditolak kehadirannya.

Di samping persamaan-persamaan yang ada. Sudah barang tentu, terdapat pula berderet perbedaan-perbedaan di antara kedua partai ini baik dari segi konteks sosial maupun konteks zaman yang sedang dihadapi. Sekalipun begitu, apa yang dipaparkan di sini—persamaan-persamaan keduanya—merupakan usaha melihat bagaimana keduanya mempunyai peran yang signifikan dalam pergulatan Indonesia.
Terlepas dari itu semua, terdapat kesamaan lain yang itu mungkin tidak penting tetapi juga menarik. Kegairahan PKI maupun PKS dalam konstelasi politik di Indonesia, mempunyai inspirator yang hampir mirip wajahnya dan sama-sama berjenggot lebat: Karl Marx dan Hasan al-Bana.


-------------------------------------------------------

(coretan dari seorang kawan aktivis yg teguh membela orang-orang tertindas dan difabel)

Re: Kiriman seorang teman : PKI = PKS?

Posted: Sun Mar 01, 2009 8:36 pm
by fenomena
Kiriman tambahan.

Muhammad Amin mengomentari catatannya sendiri PKI = PKS ?

Tambahan (agak OOT) : Hubungan erat Hasan Al-Banna ( bapak spiritual PKS) dengan Adolf Hitler ;

Banna adalah fans berat Hitler. Hitler dan Banna bekerja sama karena ada kesamaan platform fasisme dalam ideologi mereka. Banna membantu Hitler membangun jaringan mata-mata di negara-negara Arab. Gaya kepemimpinan keduanya pun sama, otoriter represif.

Lihat pula sayap paramiliter Ikhwanul Muslimin yang strukturnya sama persis dengan SS Nazi......Baik Ikhwanul Muslimin maupun Nazi mengagungkan utopia narsis chauvinis keagungan golongan tertentu (Arya / Muslim) di atas golongan2 lain......

Baik model PKS (Ikhwanul Muslimin) maupun Nazi, keduanya tidak cocok untuk Indonesia yang plural dan heterogen.....;-)

Presiden dan Ketua FPKS menganggap ini fitnah dan black campaign, buktikanlah........bantahlah dengan rasio dan fakta sejarah...

Semoga berkenan....;-)