Apa yg salah kalau ogud mulai dari hal paling mendasar yaitu
"Jika auwloh ada, mengapa dia ada?"
Adakah yang lebih mendasar dari yang ini?
kesalahan anda adalah anda menyukai spekulasi.
kami, muslim dari kelompok tarekat Nadziriyah tidak menyukai spekulan, tidak suka membicarakan hal-hal yang tidak terlihat secara langsung, dan tidak menyukai agama buku.
anda tidak melihat Allah, tapi anda sudah terburu membicarakan Allah. ini namanya spekulan.
anda tidak melihat keberadaan Allah, tetapi anda sudah menanyakan "mengapa Allah ada?" aneh jadinya.
jika anda hendak bertanya, "mengapa Allah ada" seharusnya anda menunggu waktu, setelah Allah terlihat oleh anda dengan jelas sekali, barulah anda bertanya,"mengapa Allah ada".
soal mengajukan pertanyaan itu mudah, saya dapat mengajukan seribu pertanyaan kepada anda dengan alasan "ingin belajar". seperti seseorang yang akan diajak masuk ke dalam surga, tetapi sebelum dia mau mengikuti ajaran, dia akan mengajukan 1000 pertanyaan. sementara orang lain telah lebih dulu masuk dan merasakan nikmatnya surga, orang tersebut masih sibuk dalam soal "melogikakan sorga". ini orang akan ketinggalan kereta. ketika selesai pertanyaannya, bisa jadi pintu sorga telah tertutup.
dalam proses belajar, tentulah seseorang boleh mengajukan 1000 pertanyaan, bahkan sejuta pertanyaan. apalagi dalam persoalan agama, seseorang perlu lebih berhati-hati. tetapi pertanyaan yang harus diajukan adalah pertanyaan yang benar. sseorang itu tidak hanya harus mendapatkan jawaban yang benar, melainkan juga harus bertanya dengan pertanyaan yang benar. pertanyaan yang benar tidak muncul diatas spekulasi, melainkan diatas fakta.
seseorang bertanya kepada saya, "bagaimana bunyi dari bertepuk sebelah tangan?"
saya jawab, "tidak ada bunyi nya."
dia membantah, "tidak masuk akal. karena setiap tepukan pastilah ada bunyi nya".
di lain waktu, sseornag bertanya, "Apakah Tuhan bisa menciptakan tuhan yang lebih berkuasa dari nya?"
saya jawab, "tidak".
"kalau begitu tuhan tidak maha kuasa, karena tidak dapat menciptakan sesuatu yang dikehendakinya".
saya katakan, omong kosong macam apa itu?
ada dua orang buta, si A dan si B, yang keduanya bertanya tentang pelangi. saya menjelaskan bahwa pelangi itu warna warni yang indah dilangit akibat pantulan sinar matahari terhadap titik-titik air. si buta A mencoba menikmati keindahan pelangi, dan mencoba mmahami apa itu pelangi dari apa yang dilihat oleh saya sebagai orang yang melihat. tetapi si B menyangkal saya, karena dia amat yakin bahwa menurut kitab braile yang dia baca dengan jari tangannya, pelangi itu adalah tangga tempat turunnya bidadari dari langit. walaupun saya menjelaskan dengan sebenarnya, tapi dia berkata,"apa yang anda katakan tidak tertulis di dalam kitab braile, oleh karena itu pastilah anda berdusta." maka tidak ada penjelasan bagi si B yang cenderung menentang ini. salah satu cara untuk menunjukan kebenaran padanya adalah dengan mengoperasi mata nya, sehingga dia bebas dari kebutaan dan dapat melihat sendiri.
anda, bisa jadi seperti orang buta tersebut. anda ingin berdebat dengan saya tentang Allah, padahal anda tidak pernah melihat Allah itu sendiri. sedangkan saya adalah orang yang melihat. cara mmbuat anda mengerti bukanlah dengan menghabiskan waktu dengan cara berdbat, tetapi dengan cara membuat anda "melek" terhadap Allah. bila Allah sudah terlihat, tak perlu lagi saya menjelaskan mengapa Allah ada, karna Allah itu sendirilah yang akan menjlaskannya kepada anda.